Monday, September 29, 2014

Perbanyak Istigfar Mengundang Rezeki

Tak satu pun manusia yang tidak suka terhadap harta. Tiada seorang pun bani Adam yang tidak senang jika rizkinya melimpah. Tiada seorang insan pun yang tidak gembira bila kekayaannya semakin bertambah. Allâh Yang Maha Mengetahui telah menguraikan jati diri makhluk yang bernama manusia dalam firman-Nya :


وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا 


Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. [al-Fajr/89:20]


Cinta harta dan dunia adalah sifat dasar manusia, dan yang menjadi pembeda adalah keimanan dan ketakwaan yang tersimpan dalam dada; Seberapa jauh bisa mengendalikan diri dalam mencarinya; Seberapa kuat bisa memimpin diri dalam memperolehnya.


Ironis, banyak manusia mengadu nasib demi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan cara semaunya, tanpa peduli apakah cara itu mengundang murka Allah Azza wa Jalla atau tidak ?! Bahkan tanpa apakah itu akan memancing siksa-Nya. Betapa banyak kaum Muslimin meminta harta kepada penunggu pohon yang dianggap bertuah. Tidak sedikit manusia yang mengaku Muslim mengumpulkan kekayaan dengan memuja dan berdoa kepada benda-benda pusaka yang dianggap keramat. Na'ûdzubillâh min Dzâlik. 



Di sisi lain banyak juga kaum muslimin berbaju Islam, tapi prinsip hidupnya adalah ideologi komunis, yaitu “tujuan menghalalkan segala cara.” Yang penting menghasilkan banyak uang, cara apapun boleh dan pasti akan ditempuh, meskipun harus menghisap darah saudaranya dengan berbagai praktek riba, renten dan beternak uang. Mereka menari-nari diatas penderitaan orang lain, bahkan gembira berenang dalam sungai darah makhluk sejenisnya.


Demi Allâh, harta yang diperoleh dengan cara-cara tersebut tidak akan pernah diberkahi, bahkan tidak akan bisa memberikan kebahagian hakiki bagi pemiliknya di dunia, sampai di akherat. Sebaliknya, harta-harta itu justru sangat berpotensi mendatangkan siksa dan petaka yang tiada diterperikan. Semoga kita senantiasa dalam penjagaan Allah Azza wa Jalla.


Di waktu yang sama, ternyata Allâh Dzat Maha Pemberi rizki segenap makhluk-Nya, telah memberikan kunci pengundang rizki. Kunci ini banyak dilalaikan manusia. Jangankan oleh orang yang tidak mengetahuinya, orang yang mengetahuinya pun kadang meremehkannya. Cara dan kunci yang teramat mudah dengan keampuhan tiada tara, melalui lisan Nabi-Nya Nuh Alaihissallam kepada kaumnya, diabadikan dalam firman Allah Azza wa Jalla :


فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا﴿١٠﴾يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا﴿١١﴾وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا


Maka aku katakan kepada mereka, Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya Dia adalah Sang Maha Pengampun-! Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun, serta mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai. [Nûh/71:10-12]


Generasi sahabat memberikan teladan dalam pengamalan ayat yang mulia ini. Muthorrif meriwayatkan dari asy-Sya'biy bahwa Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu pernah memimpin kaum Muslimin melakukan istisqâ' (minta hujan). Anehnya, beliau Radhiyallahu anhu tidak banyak meminta kecuali memperbanyak istighfâr sampai beliau Radhiyallahu anhu pulang. Seseorang bertanya kepadanya, ”Kami tidak mendengar anda meminta hujan?!” Beliau Radhiyallahu anhu menjawab: 


طَلَبْتُ الْغَيْثَ بِمَجَادِيْحِ السَّمَاءِ الَّتِي يَسْتَنْزِلُ بِهَا الْقِطْرَ 


Aku telah meminta hujan menggunakan kunci-kunci pengendali langit, yang dengan akan diturunkan hujan. 

Kemudian beliau membaca firman-Nya (yang artinya),” Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya Dia adalah Sang Maha Pengampun-!’ Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun, serta mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai. (Nûh/71:10-12). Riwayat ini disebutkan oleh al-Qurthubi dan Ibnu Katsir dalam tafsir mereka.

Generasi tabi'in pun memberikan teladan dalam pengamalan ayat yang mulia ini. Dikisahkan bahwa al-Imam al-Hasan al-Bashri, ketika beliau rahimahullah didatangi oleh seorang lelaki dan mengeluhkan paceklik serta kemarau yang panjang. Kemudian beliau rahimahullah menasehatkan agar beristighfâr dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Kemudian datang lagi orang lain seraya mengeluhkan kefakiran serta kemeleratannya. Lalu beliau pun menasehatkan agar beristighfâr dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Pernah datang orang yang lain pula seraya mengeluh karena belum dikaruniai anak dan keturunan, maka beliau pun menasehatkan agar beristighfâr dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Juga datang orang yang lain seraya mengeluhkan kegagalan pertaniannya, beliau pun menasehatkan agar beristighfar dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Akhirnya, beliau pun ditanya, “Kenapa setiap orang yang kepada anda mengeluhkan keadaannya, selalu anda menasehati mereka agar memperbanyak istighfâr ?” Beliau menjawab :

مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئاً، إن الله تَعَالَى يَقُوْلُ فِي سُوْرَةِ نُوْحٍ 


Tidak sedikitpun yang aku katakan itu yang bersumber dari diriku, sesungguhnya Allâh berfirman dalam surat Nuh, (yang artinya), “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya Dia adalah Sang Maha Pengampun-!’ Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun, serta mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai. [Nûh/71:10-12]

Jika demikian, kehebatan istighfar, serta begitu besar dan luas pengaruhnya dalam kehidupan manusia, maka tampak bagi kita, bahwa tidak seorang pun yang tidak membutuhkan istighfâr, bahkan Rasûlullâh yang mulia setiap harinya beristighfâr 70 kali, sebagaimana Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً 


Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfâr dan bertaubat kepada Allâh lebih dari 70 kali dalam sehari.” (HR. Bukhari)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga, dosa-dosanya yang terdahulu maupun yang akan datang sudah diampuni, termasuk makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla, ternyata sedemikian banyak dalam keseharian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon ampunan atas dosa-dosanya. Kita sebagai umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak dijamin masuk surga, tidak dijamin diampuni dosa-dosa kita, tentunya kita lebih butuh untuk beristighfâr dan memperbanyaknya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan motivasi :


مَن أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجاً، وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجاً، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ 


Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allâh merubah setiap kesedihannya menjadi kegembiraan; Allah Azza wa Jalla memberikan solusi dari setiap kesempitannya (kesulitannya), dan Allâh anugerahkan rizki dari jalur yang tiada disangka-sangka. [HR. Ahmad dan al-Hakim]

Dengan demikian, apapun kesulitan kita, apapun kesedihan yang kita rasakan, apapun kegundahan yang menghantui kita, maka solusinya adalah memperbanyak istighfâr. Bahkan dalam urusan dunia, kemiskinan dan belum adanya keturunan, maka jalan keluarnya adalah memperbanyak permohonan ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas dosa-dosa kita.

Semoga kita dijadikan oleh Allâh sebagai hamba-hamba-Nya yang bisa mengisi dan memenuhi detik-detik sisa hidup kita dengan memperbanyak istighfâr dan memohon ampunan atas semua kesalahan dan dosa, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Amiin.

Sungguh rugi ! orang yang tidak membasahi lisannya dengan istighfâr. 
Sungguh rugi manusia yang tidak sibuk menggugurkan dosa-dosanya dengan istighfar. 
Sungguh rugi bani Adam yang tidak berusaha meninggikan derajatnya dengan istighfar. 
Sementara, waktu terus bergulir, zaman terus berganti, yang pergi tidak akan pernah kembali. Umur terus bertambah, pertanda ajal semakin dekat, sampai akhirnya pintu taubat ditutup rapat. 

Istighfar adalah solusi dari semua problem dan masalah yang kita hadapi, bahkan salah satu sumber kebahagiaan yang kita idamkan. Akan tetapi perlu diingat, tidak semua istighfâr bermanfaat bagi pelakunya. Istighfâr yang bermanfaat yaitu istighfâr, permohonan ampun yang jujur yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, yang benar-benar menyesali perbuatan dosanya. Istighfâr dengan lisan, lalu disetujui oleh sanubari, seraya bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa, serta dibuktikan dengan anggota badan dengan berhenti dari segala kemaksiatan. Istighfâr model inilah yang bakal bisa menjadi sebab bebasnya kita dari segala kesedihan dan kesempitan, bahkan mengundang rizki dari Allah Azza wa Jalla melalui jalur yang tiada kita sangka-sangka.

Semoga kita dianugerahi Allâh hidayah, taufiq dan kekuatan untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang pandai memperbanyak istighfâr dengan penuh kejujuran, sehingga kebahagiaan dan kenikmatan senantiasa meliputi kita di dunia dan di akherat. Amiin. (Abul Barokaat Lc) 

Friday, September 26, 2014

integritas

INTEGRITAS
Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan, dalam yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan, dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus account untuk perbedaan atau mengubah keyakinan mereka.
Kata “integritas” berasal dari kata sifat Latin integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin “keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter.. Dengan demikian, seseorang dapat menghakimi bahwa orang lain “memiliki integritas” sejauh bahwa mereka bertindak sesuai dengan, nilai dan prinsip keyakinan mereka mengklaim memegang.
Abstraksi mendalam Sebuah sistem nilai dan berbagai interaksi yang berlaku juga dapat berfungsi sebagai faktor penting dalam mengidentifikasi integritas karena kongruensi atau kurangnya kongruensi dengan pengamatan. Sistem nilai yang dapat berkembang dari waktu ke waktu sementara tetap mempertahankan integritas jika mereka yang mendukung account nilai untuk dan menyelesaikan inkonsistensi.
Pengujian integritas
Satu dapat menguji integritas sistem nilai yang baik:
1. subyektif, dengan konstruksi manusia akuntabilitas dan konsistensi internal, atau
2. obyektif, melalui Metode Ilmiah
Integritas dalam Kaitannya dengan Sistem Nilai
Tindakan dari suatu entitas (orang atau kelompok) dapat diukur untuk konsistensi terhadap sistem nilai yang dianut bahwa entitas untuk menentukan integritas. Jenis pengukuran adalah subyektif karena tindakan yang bergantung pada nilai-nilai partai melakukan pengujian.
Dimana langkah-langkah pengujian adalah konsensual hanya untuk partai yang diukur, tes ini dibuat oleh sistem nilai yang sama sebagai tindakan tersebut dan dapat menghasilkan hanya dalam bukti positif. Jadi, sudut pandang netral membutuhkan langkah-langkah pengujian konsensual kepada siapa pun diharapkan untuk percaya hasil.
Pengujian subjektif tindakan integritas dalam hubungan dengan konstruksi manusia. Sementara beberapa konstruksi, seperti Matematika, dianggap sangat handal, semua konstruksi manusia tunduk pada asumsi manusia sebab dan akibat. Untuk menambahkan pengujian penyebab alam semesta yang lebih besar, kami mempekerjakan Metode Ilmiah.


Pengujian Integritas melalui Metode Ilmiah
Metode Ilmiah mengasumsikan bahwa sistem dengan integritas yang sempurnamenghasilkan ekstrapolasi tunggal dalam domainnya yang satu dapat mengujiterhadap hasil diamati. Dimana hasil dari tindakan, tetapi semua tiga di antaranya menghasilkan nilai ekstrapolasi berbeda ketika diterapkan pada situasi dunia nyata. Tak satu pun dari mereka mengklaim sebagai kebenaran absolut, tetapi sistem nilai yang hanya terbaik untuk skenario tertentu. FisikaNewton menunjukkan kecukupan untuk kegiatan yang paling di Bumi, tetapi menghasilkan perhitungan yang lebih dari sepuluh meter di error ketikaditerapkan pada pendaratan di bulan NASA, sedangkan perhitungan yang tepatRelativitas Umum untuk aplikasi tersebut. Relativitas Umum, bagaimanapun, salah memprediksi hasil tubuh yang luas dari eksperimen ilmiah di manamekanika kuantum membuktikan kecukupan nya. Dengan demikian integritasdari ketiga genre berlaku hanya untuk domainnya.


Integritas dalam etika
Makna etika integritas digunakan dalam kedokteran dan hukum merujuk pada kualitas “keutuhan” yang harus ada dalam tubuh manusia dan dalam tubuh hukum, masing-masing. Keutuhan tersebut didefinisikan oleh “suci” aksioma seperti kesatuan, konsistensi, unspoiledness kemurnian, dan uncorruptedness. [Kutipan diperlukan]
Dalam diskusi pada perilaku dan moralitas, satu pandangan dari properti integritas melihatnya sebagai keutamaan mendasarkan tindakan pada kerangka internal konsisten prinsip-prinsip. Skenario ini dapat menekankan kedalaman prinsip dan kepatuhan setiap tingkat postulat atau aksioma kepada mereka secara logis bergantung pada Satu dapat menggambarkan seseorang memiliki integritas etis untuk sejauh bahwa segala sesuatu yang orang itu tidak atau percaya:. Tindakan, metode, langkah-langkah dan prinsip – semua berasal dari kelompok inti tunggal nilai-nilai.
Salah satu aspek penting dari kerangka kerja yang konsisten adalah penghindaran dari setiap (sewenang-wenang) pengecualian tidak beralasan untuk orang tertentu atau kelompok – terutama orang atau kelompok yang memegang kerangka. Dalam hukum, prinsip penerapan universal mensyaratkan bahwa bahkan orang-orang dalam posisi kekuasaan resmi tunduk pada hukum yang sama seperti berhubungan dengan sesama warga mereka. Dalam etika pribadi, prinsip ini menuntut bahwa seseorang tidak harus bertindak sesuai dengan setiap aturan bahwa seseorang tidak akan ingin melihat universal diikuti. Misalnya, orang tidak boleh mencuri kecuali salah satu mau hidup di dunia di mana setiap orang adalah seorang pencuri.Ini secara resmi digambarkan oleh filsuf Immanuel Kant imperatif kategoris nya.
Dalam konteks akuntabilitas, integritas berfungsi sebagai ukuran kesediaan untuk menyesuaikan sistem nilai untuk memelihara atau meningkatkan konsistensi, ketika sebuah hasil yang diharapkan muncul kongruen dengan hasil yang diamati . Beberapa Integritas anggap sebagai kebajikan dalam bahwa mereka melihat akuntabilitas dan tanggung jawab moral sebagai alat yang diperlukan untuk mempertahankan konsistensi tersebut.
Dalam konteks teori nilai, integritas menyediakan sebab-akibat yang diharapkan dari nilai dasar Untuk pelaksanaannya ekstrapolasi atau nilai-nilai lainnya. Sebuah sistem nilai muncul sebagai seperangkat nilai-nilai dan tindakan yang seseorang dapat mengamati sebagai konsisten dengan harapan .
Beberapa komentator stres ide integritas seperti kejujuran pribadi : Bertindak sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai setiap saat. Berbicara tentang integritas dapat menekankan “keutuhan” atau “Keutuhan” dari sikap moral atau sikap. Beberapa Dilihat dari keutuhan mungkin juga menekankan komitmen dan keaslian. Ayn Rand dianggap bahwa integritas “tidak terdiri dari kesetiaan kepada keinginan subjektif seseorang, namun kesetiaan kepada prinsip-prinsip rasional”.


interpretasi subjektif
Dalam penggunaan masyarakat umum, orang kadang-kadang menggunakankata ”integritas” dalam referensi pada moralitas yang tunggal “mutlak” bukanmengacu pada asumsi dari sistem nilai dalam pertanyaan. Dalam konteksmutlak, kata ”integritas” tidak menyampaikan makna antara orang dengandefinisi yang berbeda dari moralitas mutlak, dan menjadi tidak lebih daripernyataan yang samar-samar kebenaran politik yang dirasakan atau popularitas, mirip dengan menggunakan istilah seperti ”baik” atau ”etis” dalam konteks moralistik.
Satu juga dapat berbicara tentang ”integritas” di luar makna preskriptif, dalamreferensi orang atau sekelompok orang yang subjektif pembicara menyetujui atau tidak menyetujui. Jadi orang yang disukai dapat digambarkan sebagai”memiliki integritas”, sementara musuh dapat dianggap sebagai ”benar-benarkurang dalam integritas”. Label tersebut, dengan tidak adanya langkah-langkahpengujian independen, membuat tuduhan itu sendiri tidak berdasar dan(ironisnya) orang lain dapat menghubungi integritas pernyataan dipertanyakan.


Integritas dalam etika modern yang
Dalam sebuah studi formal dari “integritas” istilah dan maknanya dalam etikamodern, profesor hukum Stephen L. Carter melihat integritas tidak hanya sebagai penolakan untuk terlibat dalam perilaku yang menghindar tanggung jawab [rujukan?], Tetapi juga sebagai pemahaman tentang modus yang berbeda atau gaya di mana wacana upaya untuk mengungkap kebenaran tertentu.
Carter menulis integritas yang memerlukan tiga langkah: ”. Membedakan apa yang benar dan apa yang salah; bertindak atas apa yang telah dilihat, bahkandengan biaya pribadi, dan mengatakan secara terbuka bahwa Anda bertindak atas pemahaman Anda tentang benar dan yang salah” Ia menganggapintegritas sebagai berbeda dari kejujuran.


Hukum
Integritas adalah landasan penting dari setiap sistem berdasarkan supremasidan objektivitas hukum. Sistem seperti ini berbeda dari mereka yangmana mengatur otokrasi pribadi. Sistem terakhir ini sering kurang dalam integritas karena mereka meninggikan keinginan subjektif dan kebutuhan kelasindividu atau sempit tunggal individu di atas tidak hanya mayoritas, tetapi jugasupremasi hukum. [Kutipan diperlukan] sistem tersebut juga sering mengandalkan pengawasan yang ketat terhadap partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan kebebasan informasi. Sejauh ini melibatkan perilakuketidakjujuran, kejahatan, korupsi atau penipuan, mereka kekuranganintegritas. Facially ”terbuka” atau ”demokratis” sistem dapat berperilakudengan cara yang sama dan dengan demikian kurangnya integritas dalamproses hukum mereka.
Dalam tradisi Anglo-Amerika hukum, proses permusuhan umumnya, meskipun tidak universal, dipandang sebagai cara yang paling tepat tiba di kebenarandalam sengketa tertentu. Proses ini mengasumsikan himpunan aturansubstantif dan prosedural bahwa kedua belah pihak dalam sengketa setuju untuk menghormati. Proses lebih lanjut mengasumsikan bahwa kedua belah pihak menunjukkan kemauan untuk berbagi bukti, mengikuti pedomanperdebatan, dan menerima keputusan dari pencari fakta-dalam upaya yang baik-iman untuk sampai pada hasil yang adil. Setiap kali asumsi-asumsi initidak benar, sistem permusuhan yang diberikan tidak adil. Pada gilirannya, setiap kasus tertentu melemah. Lebih penting lagi, ketika asumsi-asumsi inibenar, kebenaran tidak lagi tujuan, keadilan ditolak kepada pihak-pihak yang terlibat, dan integritas keseluruhan sistem hukum dipertanyakan. Jika integritasdari setiap sistem hukum yang dipertanyakan sering atau cukup serius,masyarakat dilayani oleh sistem yang mungkin mengalami beberapa derajatgangguan atau bahkan kekacauan dalam operasi sebagai sistem hukummenunjukkan ketidakmampuan untuk berfungsi.


Psikologis / kerja-seleksi tes
Prosedur yang dikenal sebagai ”tes integritas” atau (lebih confrontationally)sebagai “tes kejujuran” bertujuan untuk mengidentifikasi calon karyawanyang mungkin menyembunyikan aspek-aspek negatif atau menghina dirasakandari masa lalu mereka, seperti keyakinan pidana, perawatan psikiatris atau penyalahgunaan narkoba. Mengidentifikasi calon tidak cocok bisa menyelamatkan majikan dari masalah yang mungkin timbul selama jangka waktu kerja mereka. Tes Integritas membuat asumsi tertentu, khususnya:
bahwa orang-orang yang memiliki ”integritas rendah” laporan perilaku yang lebih jujur
bahwa orang-orang yang memiliki ”integritas rendah” mencoba untuk mencari alasan untuk membenarkan perilaku seperti
bahwa orang-orang yang memiliki ”integritas rendah” berpikir orang lain lebih mungkin untuk melakukan kejahatan - seperti pencurian, misalnya. (Karenaorang jarang tulus menyatakan ke calon majikan penyimpangan masa lalumereka, ”integritas” penguji mengadopsi pendekatan tidak langsung:membiarkan pekerjaan-calon bicara tentang apa yang mereka pikirkan tentangpenyimpangan orang lain, dipertimbangkan secara umum, sebagai jawaban tertulis menuntut oleh pertanyaan dari “uji integritas”.)
bahwa orang-orang yang memiliki ”integritas rendah” menunjukkan perilaku impulsif
bahwa orang-orang yang memiliki ”integritas rendah” cenderung berpikirmasyarakat yang berat harus menghukum perilaku menyimpang (Secara khusus, ”tes integritas” berasumsi bahwa orang yang memiliki riwayat laporanpenyimpangan dalam tes tersebut bahwa mereka mendukung langkah-langkahlebih keras diterapkan pada penyimpangan yang dipamerkan oleh lain orang.)
Klaim tes tersebut untuk dapat mendeteksi ”palsu” jawaban memainkan peran penting dalam mendeteksi orang yang memiliki integritas rendah. Respondenyang naif benar-benar percaya kepura-puraan ini dan berperilaku sesuai,melaporkan beberapa penyimpangan masa lalu mereka dan pikiran merekatentang penyimpangan orang lain, takut bahwa jika mereka tidak menjawab dengan jujur jawaban benar mereka akan mengungkapkan ”integritas rendah”mereka. Responden percaya bahwa lebih jujur mereka dalam jawabanmereka, mereka yang lebih tinggi ”integritas skor” akan.



Lain integrities 
Bagian ini membutuhkan ekspansi.
Disiplin dan bidang yang berkepentingan dengan integritas mencakup filsafat aksi, filsafat kedokteran, matematika, pikiran, kognisi, kesadaran, ilmu material, teknik struktural, dan politik. Psikologi populer mengidentifikasi integritas pribadi, integritas profesional, integritas artistik, dan integritas intelektual.
Konsep integritas mungkin juga fitur dalam konteks bisnis luar masalah karyawan / majikan kejujuran dan perilaku etis, terutama dalam konteks pemasaran atau merek. ”Integritas” dari sebuah merek dianggap oleh beberapa sebagai hasil yang diinginkan bagi perusahaan yang ingin mempertahankan posisi, konsisten jelas dalam pikiran audiens mereka. Ini integritas merek termasuk pesan yang konsisten dan sering termasuk menggunakan seperangkat standar grafis untuk menjaga integritas visual dalam komunikasi pemasaran.
Penggunaan lain istilah, “integritas” ditemukan dalam karya Michael C. Jensen Ph.D dan Werner Erhard dalam makalah akademis mereka, “Integritas: Model Positif yang Menggabungkan Fenomena Normatif Moralitas, Etika, dan Legalitas”. Dalam makalah ini penulis mengeksplorasi model baru integritas sebagai negara yang utuh dan lengkap, tak terputus, utuh, suara, dan dalam kondisi sempurna. Mereka menempatkan sebuah model baru dari integritas yang menyediakan akses ke peningkatan kinerja untuk individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat. Model mereka “mengungkapkan hubungan kausal antara integritas dan kinerja meningkat, kualitas hidup, dan nilai-penciptaan untuk semua entitas, dan menyediakan akses ke hubungan sebab akibat.”
Sinyal elektronik yang dikatakan memiliki integritas ketika tidak ada korupsi informasi antara satu domain dan lainnya, seperti dari disk drive untuk layar komputer. Integritas tersebut adalah prinsip dasar jaminan informasi. Informasi rusak adalah tidak dapat dipercaya, namun informasi uncorrupted adalah nila.

Tuesday, September 23, 2014

5 Ribu Membuat Kita Mengerti akan Bersyukur


Syukur merupakan salah satu contoh pengabdian hamba kepada sang Maha Pencipta baik melalui Lisan ( dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbilalamin) ataupun dengan amal perbuatan tentang apa atas nikmat yang telah allahh berikan kepada hamba tersebut. Salah satunya dengan melaksanakan apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa-apa  yang telah dilarang-Nya seperti Ibadah, sodaqoh dsb. Bersyukur atas nikmat yang allah beri sudah menjadi kewajiban kita sebagi seorang Muslim sebagaimana firman Allah dalam alquran "Jika kamu bersyukur pasti akan kutambah nikmat-Ku untukmu dan jika kamu  kufur maka siksa-Ku amat pedih". (QS.Ibrahim;14). 

Ada seorang sahabat menuturkan pengalaman kisahnya. Namanya adalah Pak Rahmat . Suatu sore ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah pasar modern. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.

Baru saja mereka keluar dari pasr modern tersebut, tiba-tiba istri pak Rahmat dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putra kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Pak Rahmat, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Pak Rahmat kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 5000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Pak Rahmat pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"


Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Pak Rahmat malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Pak Rahmat berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Pak Rahmat ingin mengecek saldo rekening dia.


Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Pak Rahmat menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.

Pak Rahmat menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 5 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Pak Rahmat dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Pak Rahmat tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Pak Rahmat mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Pak Rahmat terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putra kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Pak Rahmat tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putranya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Pak Rahmat masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Pak Rahmat. Mata Pak Rahmat kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Pak Rahmat menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 5 ribu rupiah!"

Awalnya istri Pak Rahmat hampir tidak setuju tatkala Pak Rahmat mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Pak Rahmat kemudian melanjutkan kalimatnya:

"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 5 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 5 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 5 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 5 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Pak Rahmat mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu